Menu
PAGUYUBAN KELUARGA DJUWENI

Punakawan sebagai simbol kerendahan hati Orang Jawa


 Istilah punokawan yang konon berasal dari kata: pana yang artinya mengetahui dengan jelas, dan kawan artinya: teman atau sahabat.




Wayang adalah salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan seni perlambang. Budaya wayang terus berkembang dari zaman ke zaman juga merupakan media penerang dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat.

Tak bisa dipungkiri bahwa seni pertunjukan tradisional yang paling luas penyebarannya hingga sekarang adalah wayang. Dalam epos Mahabarata yang diadaptasikan dalam seni wayang Indonesia terutama di Jawa, Sunda dan Bali terdapat tokoh yang dinamakan punokawan.

Punokawan secara karakteristik sebenarnya memawakili profil umum manusia. Mereka adalah tokoh multi peran yang dapat menjadi penasehat para penguasa atau satria bahkan dewa.

Punokawan berarti pula pelayan. Di dunia wayang dapat dibedakan antara pelayan tokoh baik dan tokoh jahat. Tokoh pelayan baik diwakili Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Tokoh punokawan dimainkan dalam sesi goro goro. Jika diperhatikan seksama ada kemiripan dalam setiap pertujukan wayang antaran satu lakon dan lakon yang lain. Wayang yang asli di India tidak ada nama tokoh punokawan. Punokawan hanyalah manivestasi dari bahasa komunikatif yang diciptakan oleh para sunan atau wali penyebar agama Islam di tanah jawa. Para tokoh punokawan di buat sedemikan rupa mendekati kondisi masyarakat Jawa yang beraneka ragam.

Istilah punokawan yang konon berasal dari kata: pana yang artinya mengetahui dengan jelas, dan kawan artinya: teman atau sahabat.

Sosok karakter Nala Gareng dan Petruk (wayang jawa) adalah saudara angkat yang diadopsi oleh Semar. Antara sosok Gareng dan Petruk ini terdapat karakter yang bertolak belakang. Gareng sekalipun berpikir cerdas dan bersikap hati-hati tetapi sulit menyampaikan sesuatu melalui kata-kata yang diucapkan dari mulutnya sendiri.

Berbeda dengan Petruk yang cenderung asal bicara tetapi sedikit bodoh. Tokoh Bagong lebih di gambarkan sebagai sosok manusia berwatak lugu yang apa adanya dan teramat sederhana, namun mempunyai ketabahan hati yang luar biasa dan tangguh. Sedangkan sosok Semar atau Batara ismoyo sendiri merupakan simbol atas manusia dengan kedalaman ilmu dan kearifan jiwa yang luar biasa.

Jika Sunan Kalijaga diyakini sebagai pencipta tokoh Punokawan sebagai salah satu upaya untuk menyebarkan agama Islam di tanah jawa, maka ia pun mempergunakan hakikat yang tersirat di dalamnya dalam menjalankan aktivitas tersebut agar misinya bisa terlaksana dengan sebaik baiknya. Tentu mengaitkan nama tokoh tersebut disesuaikan dengan tujuan dan karakter yang bersangkutan.

Semar berasal dari kata Arab yaitu Simaar atau Ismaraun yang artinya paku. Paku adalah alat untuk menancap sesuatu barang agak tegak dan kuat dan tidak goyah. Ismoyo dari kata asmakku kemantapan dan keteguhan yang didasari keyakinan yang kuat agar usaha tersebut tertancap sampai mengakar. Nala gareng sejati berasal dari kata Naala Qorin yang artinya memperoleh banyak kawan.

Pretruk diadaptasi dari kata Fatruk yang artinya tinggalkan yang jelek. Petruk juga disebut Kantong bolong maknanya bahwa setiap manusia harus mengamalkan harta yang berlebih kepada sesama dan menyerahkan diri kepada Yang Maha Kuasa secara ikhlas tanpa pamrih. (Suparjiyono dengan edit ulang oleh Purwoko)

Tidak ada komentar